Ini adalah bagian pertama dari transkrip perjalanan pulangku ke Ranai dan Sedanau. Perjalanan yang sangat menyenangkan, setelah sekian lama aku kehilangan kesempatan melakukannya...
17 Mei 2008; Aku dan suami sudah pada kesimpulan, bahwa rencana kami berkunjung ke Sedanau bersama-sama bulan Agustus harus batal karena pada saatnya nanti anakku yang sulung perlu mendapatkan perhatian ekstra sehubungan masa-masa awal sekolah di tingkat pertamanya. Suamiku mempersilahkan bila aku hendak pergi ke Natuna sekalian memanfaatkan momentum penyelenggaraan MQT II Kepri di Ranai.
19 Mei 2008; Suamiku menyerahkan tiket Riau Airlines PKU-NTX padaku, untuk flight hari Kamis tanggal 22 Mei. Sedangkan untuk kembali ke Pekanbaru, suamiku mempersilahkan aku untuk menentukan sendiri tanggalnya. Dia hanya membekali aku sebuah kartu ATMandiri.
20 – 21 Mei 2008; Aku masih melakukan kontak-kontak SMS dengan saudara-saudara dan juga dengan teman-temanku di Natuna, tapi aku tidak mengabari mereka bahwa aku akan berkunjung ke Natuna. Aku ingin surprise pada waktunya nanti.
Pekanbaru – Ranai 22 Mei 2008
09:00; Aku berangkat ke Bandara SSK Pekanbaru dengan diantar oleh suamiku. Tidak hanya mengantar, suamiku juga menemaniku saat proses check-in dan bahkan turut menemaniku di ruang keberangkatan menanti saatnya boarding
10:05; Boarding.
Sebelumnya aku dan suami sempat melakukan ‘ritual’ salam pisah untuk sementara.
10:15; Pesawat RAL lepas landas dengan mulus dari landas pacu bandara SSK Pekanbaru.
11:10; Pesawat mendarat dengan mulus di bandara Raja Haji Fi Sabilillah Tanjungpinang. Dulu namanya Lanud Kijang. Aku tidak tahu sejak kapan berganti nama. Ibu kota Provinsi Kepri ini harus bekerja keras membangun berbagai fasilitas agar bisa setara dengan ibu kota privinsi lainnya.
12:30; Pesawat mendarat dengan mulus di lapangan terbang (aku belum bisa menyebutnya sebagai bandara) Matak Kep. Anambas. Di Matak, kami singgah sebentar, bahkan tidak sempat keluar dari pesawat. Sebelumnya saat hendak mendarat, dari jendela aku sempat melihat pemandangan indah pulau-pulau kecil Anambas, bak jamrud di kebiruan laut Natuna.
13:45; Pesawat mendarat dengan mulus di Lanud (aku juga belum kuasa menyebutnya sebagai bandara) Ranai. Alhamdulillah, berkat lindungan Allah SWT. aku dapat mengakhiri perjalanan udaraku dengan selamat, tanpa mendapatkan hambatan apapun. Di Lanud Ranai, sepupuku Wan Gutmi atau biasa kami panggil dengan Mimi, sudah menungguku di hall kedatangan. Hanya dia yang aku beritahu sebelumnya akan kedatanganku.
Ada cara unik yang dilakukan oleh suamiku memantau perjalananku. Setiap pesawatku take-off (dan aku pasti mematikan hand phoneku), dia mengirimkan sebuah SMS dalam kalimat sama. Tentu saja SMS yang dia kirimkan statusnya “pending”. Nanti pada saat aku mendarat di setiap bandara dan pangkalan (dan aku pasti menghidupkan hand phoneku), SMS itu masuk, maka otomatis diapun menerima konfirmasi “message delivered”. Saat itulah dia menghubungiku menanyakan kabar perjalananku. Mau tahu kalimat SMS yang selalu dikirimnya berulang-ulang itu? “Have a nice travelling. I love you...”.
Masjid Raya Natuna nan Agung
Setelah merasa cukup beristirahat di rumah sepupuku, aku diajak mengunjungi arena MTQ II Kepri di halaman Masjid Raya Natuna. Nuansa “Middle East” sangat terasa pada dekorasi astaka dan tenda-tenda sekitarnya (cuaca panasnya juga!).
Bagi aku yang tidak mengikuti perkembangan pembangunan masjid itu, keberadaannya kini laksana sebuah istana baginda yang tiba-tiba ada. Dipindahkan dari sebuah negeri yang benar-benar sudah mencapai kemakmuran, diangkut oleh kekuatan tangan jin seperti dalam cerita dongeng dari negeri seribu satu malam. Aku mengibaratkannya seperti itu, karena keberadaannya sangat kontras dengan lingkungan sekitarnya.
Halamannya yang masih gersang, tanpa rindangnya pepohonan, rumah-rumah penduduknya yang relatif masih sederhana dan tidak tertata dengan baik. Aku berpikiran, masjid ini sepertinya dibangun hanya sebagai mercusuar penguasa belaka, bukan sebagai lambang kemakmuran negeri yang sebenarnya. Maa'aafff!