Kemarin aku menyimak berita di televisi tentang seorang ibu telah membunuh dua orang anaknya yang masih balita. Lagi-lagi seorang ibu. Dan berita itu pun menjadi topik utama di warung sayur laggananku. Berbagai komentar dari ibu-ibu tentang kejadian itu dan salah satunya yang menarik perhatianku adalah ungkapan-ungkapan : “Kok teganya, diakan yang melahirkannya?” atau “Sakit jiwa barangkali ibu itu”. Sungguh miris aku mendengarnya.
Buat aku yang juga seorang ibu, kejadian diatas memang sangat memprihatinkan. Tapi kalau kita berpikir dari sudut seorang wanita dan ibu rumah tangga, apa yang dilakukan ibu diatas bisa dipahami. Keadaanlah yang membuat seorang ibu begitu tega melakukan hal itu. Dengan pola pikirnya yang sederhana, jika anak-anaknya mati tentu mereka tidak akan menderita lagi oleh karena ketidak-mampuan orang tuanya. Seorang ibu tidak akan tega melihat anak-anaknya menderita karena kelaparan. Begitu juga seorang ibu akan memiliki perasaan yang sama ketika tidak dapat memenuhi apa yang menjadi keiginan dari sang anak. Tapi dengan keadaan yang serba mahal seperti sekarang ini, siapa sih yang tidak menjadi stress? Yang paling merasakan dampaknya secara langsung tentunya para ibu rumah tangga. Karena kenaikan harga-harga saat ini tidak segaris lurus dengan penghasilan yang umumnya diterima oleh kalangan menengah ke bawah.
Itulah fenomena sosial yang sedang terjadi belakangan ini di berbagai tempat di tanah air tercinta ini. Tidak hanya kasus yang diatas, tapi belakangan ini banyak sekali kasus-kasus yang membuat kita merasa sangat khawatir; kasus gizi buruk, busung lapar dan anak-anak yang kelaparan . Semakin banyak juga kita dengar kasus bunuh diri seluruh anggota keluarga hanya karena tidak kuat dengan kemiskinan yang melilit. Tuhanku, inikah ujian dari-Mu buat kami hamba mu yang telah begitu lalai mengingat kebesaran-Mu? Ampunilah kami ya Rabb, karna dosa dan khilaf kami selama ini. Semoga Engkau selalu memberikan kekuatan pada kami dalam menghadapi berbagai ujian dari-Mu.
Aku menjadi teringat dengan apa yang pernah aku baca dalam buku "Berbahagialah" yang ditulis oleh Dr. 'Aidh Abdullah Al-Qarni (yang juga penulis buku best seller La Tahzan). Bahwa ada tiga macam ujian yang Allah berikan buat menguji keimanan para hambanya, yaitu :
Pertama, ujian berupa kefakiran atau kesempitan (miskin tidak berharta dan kekurangan). Yang satu ini merupakan ujian dari Allah yang paling ringan.
Kedua, ujian berupa rasa sakit atau penderitaan. Berupa penyakit atau sakit yang kronis dan luka, baik bathin maupun lahiriyah. Jika kita tabah dan ikhlas menerinanya insyaallah berguguranlah dosa-dosa kita.
Ketiga, ujian berupa perang. Karena perang akan menghancurkan semuanya baik harta maupaun raga.
Dan Allah memulainya dengan kefakiran, karena ini adalah yang teringan diantara yang tiga. Dan sabar atas ujian akan kemiskinan ini lebih ringan dari sabar atas sakit dan perang. Namun sekarang ini ujian yang paling ringanpun banyak dari kita yang tidak sanggup melaluinya dengan sabar, tawakal dan ikhlas.
Akhirnya hanya kepada Allah kita memohon agar diberi kekuatan dalam menghadapi ujian yang paling ringan ini. Dan memohon agar ditambahkan lagi kesabaran kepada kita semua. Mudah-mudahan dengan kesabaran dan keikhlasan kita akan memperoleh pahala dari Allah SWT.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Kamis, 20 Maret 2008
Ini Adalah Ujian Hidup
Label:
E
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
...asik gok bace tulisan awak...dulo awak kuliah kat mane? nampaknye awak punye bakat untuk fokus menulis. He he he....oh ye awak kat mene kerje?
Posting Komentar