Sabtu, 22 Maret 2008

Global Warming

Kalau dua hari yang lalu aku menulis tentang kegalauanku atas fenomena sosial terkait dengan keadaan perekonomian (inflasi) negara kita saat ini, kali ini aku ingin mencoba mengungkapkan kegalauan hatiku yang yang lain, yang berhubungan dengan fenomena alam yang belakangan ini sering terjadi.

Bencana alam datang silih berganti; hujan badai, gelombang pasang, banjir bandang, longsor, serta angin puting beliung. Di sisi lain juga ada bencana kekeringan panjang, gelombang udara panas serta kebakaran hutan dan lahan. Konon itu semua adalah disebabkan oleh apa yang disebut sebagai terjadinya Perubahan Iklim (Climate Change). Dari yang aku baca, konon pula Climate Change ini disebabkan oleh adanya Pemanasan Global (Global Warming). Dan yang paling mencemaskan pikiranku dari "sang Global Warming" ini adalah : MENCAIRNYA LAPISAN GUNUNG ES DI KUTUB!

Kenapa aku harus mencemaskan hal itu? Tentu saja ini ada kaitannya dengan kampung halamanku, Natuna. Lalu, apa hubungannya mencairnya lapisan gunung es di Kutub dengan Natuna? Jauh panggang dari api. Jangankan dari Kutub Utara (yang menurut Google Earth jaraknya ke Natuna sekitar lk. 7.000 Mil), dari Jakarta saja sebagai ibu kota Negara (lk. 710 Mil), atau bahkan dari Tanjungpinang sekalipun sebagai ibu kota provinsi (lk. 340 Mil), Natuna itu jauh, nun di ujung utara dari teritorial negeri ini. Tepatnya di ujung ‘ekor itik’-nya pulau Kalimantan, berseberangan dengan semenanjung Vietnam.

Mengutip data yang diperoleh dari situs Wikipedia Indonesia, berdasarkan kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna merupakan tanah berbukit dan bergunung batu. Dataran rendah dan landai banyak ditemukan di pinggir pantai. Ketinggian wilayah antara kecamatan cukup beragam, yaitu berkisar antara 3 sampai dengan 959 meter dari permukaan laut dengan kemiringan antara 2 sampai 5 meter. Pada umumnya struktur tanah terdiri dari tanah podsolik merah kuning dari batuan yang tanah dasarnya mempunyai bahan granit, dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus. Selain itu iklim di Kabupaten Natuna sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli. Curah hujan rata-rata berkisar 137,6 milimeter dengan rata-rata kelembaban udara sekitar 83,17 persen dan temperatur berkisar 27,10 celcius.

Mencermati keadaan geografis Kabupaten Natuna seperti diuraikan diatas, ancaman pemanasan global juga akan berdampak serius terhadap pulau kelahiranku tercinta itu. Para ilmuwan memperkirakan pemanasan lebih jauh hingga 1,4 - 5,8 derajat Celsius pada tahun 2100. Kenaikan temperatur ini akan mengakibatkan mencairnya es di kutub dan menghangatkan lautan, yang mengakibatkan meningkatnya volume lautan serta menaikkan permukaannya sekitar 9 - 100 cm, menimbulkan banjir di daerah pantai, bahkan dapat menenggelamkan pulau-pulau. Seiring meningginya permukaan air laut, maka dalam kurun waktu 92 tahun ke depan, Natuna juga akan kehilangan ribuan kilo meter garis pantainya yang ada saat ini. Terutama garis pantai pada pulau dengan ketinggian kurang dari tiga meter di atas permukaan laut. Saat ini saja di beberapa tempat lain di belahan bumi, sudah mulai banyak pulau kecil yang hilang tertelan laut. Pulau-pulau itu umumnya hanya memiliki ketinggian kurang dari setengah meter dari permukaan laut. Bahkan pantai-pantai wisata yang indah di gugusan Kepulauan Maladewa (Maldives) yang berada di Samudera Hindia, garis pantainya sekarang sudah mulai menyusut dan bahkan beberapa pulaunya terancam nyaris tenggelam.

Sesungguhnya tidak hanya dampak pemanasan global saja yang mengancam eksistensi sebuah pulau, letusan gunung berapi bawah laut atau gempa bumi tektonik berkekuatan dahsyat (lebih dari 6,5 SR pada kedalaman kurang dari 10 KM di bawah permukaan laut) juga akan menyebabkan akibat yang sama. Tapi untunglah pulau-pulau di Kabupaten Natuna seperti halnya pulau Kalimantan tidak berpijak diatas lempengan bumi yang labil. Lain halnya dengan pulau-pulau di sepanjang pantai barat pulau Sumatera, selatan pulau Jawa, Bali, NTT dan NTB hingga pulau-pulau di sekitar Laut Banda yang memang berada diatas lempeng Indo-Australia yang selalu aktif bergerak. Untuk gempa bumi, Natuna disinyalir aman, tapi terhadap dampak global warming Natuna secara perlahan dipastikan akan terkena imbasnya. Tak terbayangkan olehku jika hal itu terjadi, karena masa kecilku di sana terasa sangat indah (lain kali aku akan bercerita tentang masa kecil ku yang indah di sana).

Lantas, apa yang bisa kita lakukan agar hal yang mencemaskan kita ini tidak terjadi? Mulailah dari diri kita sendiri! Sebagai warga bumi (earth guest) yang kebetulan mendiami wilayah kepulauan yang kecil-kecil ini. Sudah saatnya untuk segera berbuat (tidak lagi hanya memikirkan) untuk menyelamatkan pulau-pulau cantik milik kita ini, tempat lahir dan hidup kita, tempat bersemayamnya jasad-jasad orang tua dan leluhur kita ini. Jangan lagi ada yang membabat hutan, karena hutan selain berfungsi sebagai penangkal berbagai bencana, juga berperan sangat penting sebagai penyerap karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Karbondioksida telah menimbulkan efek rumah kaca dan memicu terjadinya pemanasan bumi. Hentikan sekarang juga pembabatan hutan bakau (mangrove) hanya untuk diambil kayunya sebagai bahan baku kayu arang, dan segera lakukan penanaman kembali. Demikian juga, jangan lagi ada pengrusakan terumbu karang (corals) hanya karena ingin dengan mudah menangkap ikan Napoleon atau ikan Kerapu Merah yang bernilai ekonomi tinggi itu, atau hanya untuk dijadikan pondasi bangunan rumah dan jalan. Mangrove dan corals selain sebagai habitat ideal bagi berkembang-biaknya ikan-ikan dan biota laut lainnya, juga terbukti efektif mencegah abrasi pantai dari amukan gelombang pasang yang senantiasa mengintai daerah pesisir di manapun di muka bumi ini.

Aku masih ingin punya kampung halaman, dan kampung halaman itu adalah sebuah pulau kecil. Jangan biarkan ia kelak tenggelam oleh keserakahan dan ketidak-pedulian kita!

"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan penuh harap (akan dikabulkan). Sesungguhnya, rahmat Allah sungguh dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.."
(QS. Al-A'raf/7 :56).

3 komentar:

book of raja mengatakan...

situs resmi Kabupaten Natuna, tapi situs kebanggaan itu belakangan sulit diakses,sekedar info, situs www.natuna.go.id hanya bisa diakses jam kerja saja yaitu senin s/d kamis jam 08.00 a/d 14.00 jumat 8-11 dan sabtu 8-13.00. Ini dikarenakan server webnya berada dikomplek perkantoran pemda yang listriknya hanya hidup jam kantor saja :-).....

Bongjun mengatakan...

Marlina i am proud of you. from bongjun.

Marlina J. Ya'akup mengatakan...

Thanks Bong Jun. I'm proud of you too...