Kamis, 17 Juli 2008

Masa Depan Natuna Adalah Pariwisata

Salah satu panorama pantai di pulau Bunguran, Natuna (Dok. Wan Andriko).

Dalam pandanganku, masa depan Natuna bukan pada minyak bumi, bukan pula pada LNG. Keduanya bukan milik kita sepenuhnya dan keduanya bukan merupakan sumber daya alam yang bisa diperbaharui sehingga ketersediaanya sangat terbatas.

Mengutip pasal 14 UU Nomor 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, disebutkan daerah berhak mendapatkan bagian bagi hasil minyak bumi sebesar 15,5 persen, sedangkan sisanya untuk pemerintah pusat.


Persentase 15,5 itu terdiri dari 3 persen untuk provinsi yang tempat kabupaten penghasil minyak, 6 persen untuk kabupaten atau kota penghasil, dan 6 persen sisanya dibagi untuk kota atau kabupaten lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. Sedang sisanya, sebesar 0,5 persen dibagi lagi antara provinsi, kabupaten atau kota penghasil dan kabupaten atau kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. Artinya Natuna hanya mendapatkan 6 koma nol sekian persen saja. Tragis!

Adapun bagi hasil untuk gas bumi adalah 69,5 persen untuk pusat dan 30,5 persen untuk daerah. 30 persen untuk daerah itu dibagi dengan rincian 6 persen untuk provinsi tempat kabupaten/kota penghasil, 12 persen untuk kabupaten atau kota penghasil, dan 12 persen lainnya untuk kota atau kabupaten lainnya dalam satu provinsi. Sedang sisa 0,5 persen dibagi lagi antara provinsi, kabupaten atau kota penghasil dan kabupaten atau kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. Artinya Natuna hanya mendapatkan 12 koma nol sekian persen saja. Lagi-lagi tragis!

Cadangan minyak bumi Natuna diperkirakan mencapai 14.368.470 barel, sedangkan gas bumi 112.356.680 barel. Cadangan dalam angka-angka ini akan habis terkuras dari perut bumi Natuna hanya dalam kurang dari 50 tahun ke depan saja. Eksplorasi keduanyapun memerlukan teknologi tinggi dan SDM yang handal. Dan, keduanya tidak secara langsung menyentuh kebutuhan perut masyarakat setempat.

Lalu, apa yang akan menjadi masa depan Natuna? Perikanan laut? Jawabannya bisa “ya” bisa pula “tidak’.

Ya, karena Kabupaten Natuna memiliki kekayaan dan keragaman sumberdaya perikanan dan kelautan, seperti potensi perikanan sebesar 1.197.520 ton (Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Natuna, 2005).

Tidak, karena kekayaan yang satu ini terbukti rawan dari tindakan pencurian (illegal fishing) oleh nelayan asing dengan armada kapal tangkap modernnya. Sementara nelayan Natuna hingga saat ini masih nyaman dengan pompongnya dan dengan alat pancingnya yang sangat sederhana. Realitas inipun, tragis!

Lalu, potensi apa yang nyata adanya dan bisa menyentuh kepentingan ekonomi masyarakat Natuna secara merata? Kembali ke pandanganku. Menurut pandanganku, masa depan Natuna adalah pariwisata. Industri pariwisata lebih prospektif ketimbang pertambangan yang menyisakan kerusakan lingkungan. UN-WTO memperkirakan pariwisata dunia tahun 2006 mencapai 733 miliar dollar AS. Bahkan 75 negara yang panorama dan kebudayaannya tidak begitu penting masing-masing berhasil meraih minimal satu miliar dollar AS dari sektor ini.

Bisnis ini juga terbukti menampung pekerja dengan spektrum amat luas, mulai dari transportasi, travel, perhotelan, telekomunikasi, hiburan, pendidikan, makanan, cinderamata dan perdagangan. Jika pariwisata berkembang, kita bisa memindahkan ribuan nelayan tradisional yang sulit hidup menjadi petugas pemandu wisata, pengrajin dan penjaja cindera mata, sopir taksi, awak bus pariwisata, pengelola cottage dan restoran, operator banana boat, pemandu paralayang dan banyak lainnya lagi.

Potensi wisata di Natuna sangat banyak dan masih alami. Banyaknya terumbu karang yang indah, cocok untuk wisata diving dan snorkeling. Pantainya yang berpasir putih dan lautnya yang biru, cocok untuk dibangunnya cottages dan penginapan atau hanya sekadar menikmati pemandangan pantai. Pulau-pulau karangnya yang menjulang tinggi bak menara alam di kebiruan laut, cocok untuk wisata paralayangdan panjat tebing. Natuna juga memiliki banyak kekayaan kulinari khas Melayu tempatan, kesenian tradisional Zapin, Hadrah, Mendu, Gambus, Berendah, Ayam Sudul, Awan Mendung, Gasing dan lain-lainnya. Bila kesemuanya dipadu-padankan, maka akan merupakan suguhan wisata yang akan membuai wisatawan lokal dan manca negara.

Namun tentu saja potensi pariwisata yang dimiliki Natuna tidak akan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat, bila potensi ini tidak dikelola dengan baik mulai dari sekarang. Pemerintah daerah bertanggung jawab dalam hal pembangunan pariwisata, yang meliputi pengadaan prasarana dan sarana pariwisata, menarik investor dan mempromosikan pariwisata Natuna.

Adapun tugas terberat kita (NBC?), adalah mengubah paradigma dan mental masyarakat Natuna dari semula mental nelayan tradisional (mayoritas) dan mental feodalistik (sebagian kecil) menjadi masyarakat yang memiliki mental pariwisata, yakni mental keramah-tamahan (hospitality), yang siap memberikan pelayanan, kenyamanan dan keamanan kepada setiap wisatawan yang datang berkunjung ke Natuna. Seperti pengunjung sebuah toko, wisatawan adalah raja, yang membawa kebaikan berupa uang dalam jumlah yang tidak terbatas untuk dibelanjakan sesuka hatinya...

Selamat menyongsong era pariwisata Natuna!

4 komentar:

andriko mengatakan...

menurut saya apa yang dikemukan bu marlina sangat benar adanya...mengubah mental masyarkat untuk beralih kepada suatu pekerjan yang lebih menjanjikan menurut potensi yang ada memang susah, akan tetapi peran pemerintah mendogma suatu ikon unggulan daerah dan tergarap dgn serius, kenapa tidak masyarakat pun bisa berubah juga, sangat sederhana tujuan masyarakat, mereka hanya menginnginkan pendapatan yag bisa langsung dinikmati seketika itu juga.....

Bongjun mengatakan...

sebuah pemikiran yang patut diperjuangkan untuk diwujudkan. and I on the move on political area to make it happen because the political will is important part to make the dream come true. I love natuna

Bongjun mengatakan...

sebuah pemikiran yang patut diperjuangkan untuk diwujudkan. and I on the move in political area to make it happen because the political will is important part to make the dream come true. I love natuna

nikmat sabli mengatakan...

kak marlina saya setuju sekali bahwa natuna kedepan memang harus mengadalkan sektor pariwisata,krn kita ga mungkin bergantung dengan gas terus menerus,lama kelamaan akan habis...!oh ya disamping pariwisata menurut saya,kekayaan laut juga sangat prospek krn itu harus kita optimalkan dengan berbagai cara,,kalau bisa sih kedepan harus udah ada produk ikan sarden Natuna pasti laku he he!maaf klu udah ada ikan sarden natuna nya...soalnya sy lah lame ndok bolek ranai,,4 thun yang lalu prnah bolek cume sebenta kira-kira sebulan!