Tahukah Anda, Nasi Dogong masakan khas dari Sedanau - Natuna yang biasa dijual sebagai makanan sarapan pagi telah memenangkan sebuah kompetisi masakan sarapan pagi khas Melayu. Kompetisi diselenggarakan oleh Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) Kota Pekanbaru bekerja sama dengan Pemko Pekanbaru. Nasi Dogong telah menyisihkan Nasi Lemak dan Roti Jala. Peristiwa ini berlangsung pada tahun 2006 diselenggarakan di Hotel Dian Graha Pekanbaru bersempena dengan peringatan berdirinya Kota Pekanbaru tahun itu.
Cerita mengenai masuknya Nasi Dogong ke dalam ajang kompetisi tersebut diawali oleh datangnya seorang Asisten Koki Kepala (Executive Sous Chef) dari Hotel Ibis Pekanbaru ke rumah tinggalku, beliau bermaksud memperoleh resep dan cara membuat Nasi Dogong dariku. Informasi tentang Nasi Dogong beliau peroleh dari suamiku, saat beliau mencari masukkan dari kawan-kawan kerjanya untuk mendapatkan masakan lain dari khas Melayu yang belum dikenal khalayak di Pekanbaru. Saat di Sedanau dulu, suamiku memang begitu menggemari Nasi Dogong. Katanya sih : "Ada cita-rasa khas dari aroma yang khas." Oleh karena itulah suamiku merekomendasikan Nasi Dogong ini untuk dipresentasikan dalam kompetisitersebut.
Cita-rasa Nasi Dogong yang memiliki aroma khas dari rempah biji alba-nya. Ditangan piawai seorang Chef sebuah hotel chain dalam melakukan modifikasi dan presentasi, akhirnya Nasi Dogong berhasil terpilih sebagai Juara II dalam kompetisi tersebut, menyisihkan Nasi Lemak yang dibawakan oleh Hotel Pangeran Pekanbaru dan Roti Jala yang dibawakan oleh Hotel Dian Graha.
Siapa menyangka, dari semula hanya santapan sarapan pagi masyarakat sebuah pulau kecil, Nasi Dogong kini menjadi hidangan pilihan sarapan pagi di beberapa hotel berbintang di Kota Pekanbaru. Hebat bukan? Selamat kepada leluhur kita yang telah menciptakan Nasi Dogong. Dan sebagai bukti menghormati karya-karya besar leluhur, sebaiknya ada upaya dari pihak yang berkompeten untuk mematenkan karya-karya besar mereka, salah satunya Nasi Dogong ini. Jangan sampai pengalaman menyesakkan dada kita mengenai dipatenkannya karya besar bangsa kita oleh bangsa asing, seperti tempe oleh pihak Jepang atau seni batik oleh Malaysia tidak terulang kembali.
Kamis pekan depan, insya Allah aku akan bertandang ke Natuna (Ranai-Sedanau), selain untuk menemui orang-orang tercinta, aku juga punya misi untuk berburu kekayaan Kulinari Natuna, yang details-nya sudah banyak terlupakan olehku.
Sampai jumpa!
Cerita mengenai masuknya Nasi Dogong ke dalam ajang kompetisi tersebut diawali oleh datangnya seorang Asisten Koki Kepala (Executive Sous Chef) dari Hotel Ibis Pekanbaru ke rumah tinggalku, beliau bermaksud memperoleh resep dan cara membuat Nasi Dogong dariku. Informasi tentang Nasi Dogong beliau peroleh dari suamiku, saat beliau mencari masukkan dari kawan-kawan kerjanya untuk mendapatkan masakan lain dari khas Melayu yang belum dikenal khalayak di Pekanbaru. Saat di Sedanau dulu, suamiku memang begitu menggemari Nasi Dogong. Katanya sih : "Ada cita-rasa khas dari aroma yang khas." Oleh karena itulah suamiku merekomendasikan Nasi Dogong ini untuk dipresentasikan dalam kompetisitersebut.
Cita-rasa Nasi Dogong yang memiliki aroma khas dari rempah biji alba-nya. Ditangan piawai seorang Chef sebuah hotel chain dalam melakukan modifikasi dan presentasi, akhirnya Nasi Dogong berhasil terpilih sebagai Juara II dalam kompetisi tersebut, menyisihkan Nasi Lemak yang dibawakan oleh Hotel Pangeran Pekanbaru dan Roti Jala yang dibawakan oleh Hotel Dian Graha.
Siapa menyangka, dari semula hanya santapan sarapan pagi masyarakat sebuah pulau kecil, Nasi Dogong kini menjadi hidangan pilihan sarapan pagi di beberapa hotel berbintang di Kota Pekanbaru. Hebat bukan? Selamat kepada leluhur kita yang telah menciptakan Nasi Dogong. Dan sebagai bukti menghormati karya-karya besar leluhur, sebaiknya ada upaya dari pihak yang berkompeten untuk mematenkan karya-karya besar mereka, salah satunya Nasi Dogong ini. Jangan sampai pengalaman menyesakkan dada kita mengenai dipatenkannya karya besar bangsa kita oleh bangsa asing, seperti tempe oleh pihak Jepang atau seni batik oleh Malaysia tidak terulang kembali.
Kamis pekan depan, insya Allah aku akan bertandang ke Natuna (Ranai-Sedanau), selain untuk menemui orang-orang tercinta, aku juga punya misi untuk berburu kekayaan Kulinari Natuna, yang details-nya sudah banyak terlupakan olehku.
Sampai jumpa!